Menulis Suka-Suka | Menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Atau apa saja yang ada di benak kita, itu sungguh menyenangkan.
Apalagi tulisan itu ditulis melalui keybod HP. Selesai, langsung kita share. Ke media sosial.
Lebih-lebih Facebook. Menurut saya, melalui Facebook “kita dapat berbuat apa saja”: share foto, video, tentang kita. Apalagi tulisan, mau pendek, mau panjang. Mau copas, mau berbagi, silakan.
Makanya, saya, kalau ada postingan tulisan di Facebook, saya tidak terlalu peduli soal kaidah penulisan, apalagi copas. Yang penting apa yang dishare itu, pesannya nyampe. Soal bahas kaidah penulisan, itu soal lain, khusus, ada tempatnya.
Ini bukan berarti mengenyampingkan soal kaidah penulisan, atau tanda baca. Bukan. Tetep kaidah harus diutamakan, dan penting. Hanya saja saya ingin mengatakan, melatih dan belajar nulis di fesybuk adalah tepat. Terutama pemula. Kalau dulu, kalo rajin mencatat di kertas biasa disebut menulis seperti di buku diary, (bukan diare).
Belajar menulis bagi pemula, di Facebook penting sekali. Sebab bisa diedit, dan kalo tidak suka bisa diprivasi, atau bila perlu, dihapus. Alias: Tidak terikat aturan. Kita yang ngatur.
Makanya fesbuk bilang, “Apa yang Anda pikirkan”, begitu bunyi menu berandanya. Jadi bukan, “tulislah dengan baik dan benar.”
Jadi sekali lagi, tulislah apa yang ada di pikiranmu.
Pernah satu waktu, saya menulis di fesybuk, ternyata ada satu kesalahan penulisan kata, dikomentari. Itu bukan saya tidak mau dikoreksi. Tetapi menurut saya platform fesybuk, gaya penulisannya itu memang digunakan untuk suka-suka. Kecuali di media resmi lain, yah, atau sidang akademik misalnya, mungkin bisa lain cerita.
Atau mau dijadikan diskusi tentang penerapan kaidah, misalnya, di kolom komentar, juga kedengarannya baik.
Dan, ada satu cerita lagi, saya menulis hasil copas tulisan orang, tujuan saya melatih paraprashe, sedikit, gimana sih, rasanya. Karena saat itu di kepala lagi gak ada bahan untuk nulis. Ingat yah, ini sekedar latihan.
Nah, karena ada yang komen “ko tulisannya mirip.” Dan saya lupa mencantumkan nama. Kebetulan postingan awal juga tidak ada namanya. Tanpa pikir panjang, akhirnya saya hapus. Takut lama-lama dia kira itu ide saya, dan dicap plagiat. Padahal itu, sedang latihan nulis paraprashe saja. Gak lebih.
Rata-rata kalau tulisan saya itu tidak saya cantumkan nama saya itu berarti hasil paraprashe, suka-suka saya saja. Selama tidak ada yang komplein dan tidak merugikan.
Tapi tetep yang namanya copas dan paraprashe harus mencantumkan sumber. Apalagi, dan terlebih lagi untuk penelitian, artikel, dan sejenisnya, soal kutip-mengutip ada aturan mainnya.
Untuk tulisan di FB kalo sudah masuk, dan diposting, jangan marah kalau dicopas orang lain, dan diaku sama yang lain. Karena itu tadi.. suka-suka. Makanya hati-hati. Jangan keburu semua ilmu dikerahkan. Sayang-sayang.
Makanya menulis di Facebook harus siap-siap jadi orang ikhlas. Kalo belum siap. Jangan diposting. Nah, itu soal penulisan, yah. Beda halnya, kalau soal “pesan yang ingin disampaikan”, isi beritanya, atau pingin cari cuan dengan FB pro. Ini juga soal lain. Tentu facebook punya aturan dan batasannya. Silakan dikulik dan dipelajari di pengaturan dashboard.
Penulis,
Syeikhu Ahmad
Leave a Reply